Puisi | Perasaan Sampah

Bergumpal menjadi satu bagian yang hidup.. Bagai titik embun yang akan mengering ketika angin bertiup.. Bagai titik cahaya rembulan yang akan menghilang ketika mentari meredup.. Dan bagaimana akan ia atur jalur ini ketika ia mulai terkatup.. Dedaunan tahu.. Ia tak akan pernah mau berganti.. Pucuk duniapun mengerti.. semua telah usai.. Reranting itu ingin ia gapai.. Ia hanya menunggu derasnya arus.. Membanjirinya hingga rasa yang ia tau hanyut bersamanya.. Arus tak kunjung datang, menghampiri.. Gundah gelisah, diam termenung lemah.. Dalam sebuah ilusi, Ia menggapai reranting patah.. Kembali Mengarus.. hanyut tertelan riuh riuh uap yang tak sengaja.. Hanya jelentik yang bernyanyi.. Hanya sebuah nyanyian air yang terdengar nyaring.. Gemericik.. tertelan uap yang mengering.. Ia jatuh, tanpa ranting.. Penyesalan tak penting.. Perasaan genting.. Sakit terbujur, Tanpa Ranting.. Adakalanya, sedikit saja ketika kita tidak mempercayai apa yang ada dalam diri sendiri, semuanya akan berubah menjadi ketidakpercayaan yang akan menyebar dalam tubuh yang menghanyut bersama darah, Sangat cepat. Andai sebuah penyesalan gak akan pernah ada, tak akan seorang manusiapun melakukan kesalahan. Andai kejujuran dalam hati dan jiwa juga selalu ada, tak akan seorang manusiapun yang sanggup menunggu.

0 comments:

Post a Comment